HOBBY AYAM – Dari Ratatotok, Sulawesi Utara, muncul seekor ayam tarung yang kini ramai dibicarakan di kalangan pehobi: Slow. Meski namanya terdengar kalem, kiprahnya di arena benar-benar tak bisa dianggap remeh. Dengan rekor enam kali kemenangan berturut-turut, Slow kini bersiap menjadi penantang Aning, sang juara Big Game TD 800 juta milik kendang Radox Farm Kotamobagu.
Slow adalah salah satu amunisi andalan dari Ratox Farm, kandang yang semakin dikenal karena konsistensinya melahirkan ayam-ayam unggulan. Di balik nama besar Slow, ada cerita yang menarik. Sang pemilik Valdy Suak, yang juga petarung lama di dunia ayam tarung, mengungkapkan bahwa Slow merupakan hasil dari perpaduan tiga darah jawara: BlackRose, Black Esso, dan Aswindam.
“Slow ini dulunya ayam muda yang punya berat sekitar 3,3 kg. Tapi setelah mabung, beratnya naik jadi 3,8 kg dan tetap bisa menang. Tapi karena gaya mainnya kurang pas di berat segitu, akhirnya kami turunkan ke 3,6 kg. Di berat itulah dia paling optimal,” jelas sang pemilik dengan penuh keyakinan.
Yang menarik dari Slow bukan hanya statistiknya, tapi juga pendekatan pemilik dalam membentuknya. Ayam ini bukan semata dikejar untuk menang, tapi untuk menguji kualitas — baik dari segi ketahanan, teknik, maupun mental bertarung. Pertandingan melawan Aning nanti pun dianggap sebagai ajang pembuktian, bukan sekadar mengejar gengsi atau hadiah besar.
“Ini bukan hanya tentang menang kalah. Buat kami, ini bagian dari uji kualitas ayam Sulut. Harapannya, dunia perayaman di Sulawesi Utara bisa terus maju lewat pertandingan-pertandingan berkualitas seperti ini,” tambah sang pemilik dengan nada optimis.
Kini, publik hanya tinggal menunggu: apakah Slow si penantang kalem ini mampu mengguncang dominasi Aning di laga akbar Big Game? Satu yang pasti, pertandingan ini bukan sekadar pertarungan ayam—ini adalah pertemuan dua filosofi besar dalam dunia perayaman. (**)
Comment