HOBBY AYAM – Dunia ayam aduan (ayadu) Sulawesi Utara Gorontalo (SulutGo) baru selesai menyajikan pertarungan bergengsi yang cukup menghebohkan.
Pertarungan super big game di laga setengah miliar (500 juta rupiah) mempertemukan dua ayam hebat di Sulut. Yakni, ayam ‘Sun Go Kong’ milik peternakan Radox Farm Kotamobagu, melawan ‘Bom bom’ ayam juara dari Bolaang Mongondow Utara. Alhasil, pertandingan itu dimenangkan oleh Sun go kong dengan waktu game 3 ronde 5 menit.
Kemenangan Sun Go Kong tersebut membuat nama ayam jenis Khoygon BK itu melejit. Nama Go Kong terus disebut-sebut oleh kalangan para penghobi.
Tak hanya di sulut, bahkan seluruh penghobi Indonesia terus membicarakan soal Go Kong. Go Kong seolah menjadi topic utama dalam perbincangan antara sesama penghobi.
Namun di satu sisi, banyak juga belum mengetahui asal usul Sun Go Kong.
BACA JUGA : BIG GAME 500 JUTA : ‘Sun Go Kong’ Radox Farm Sukses Tumbangkan ‘Bom Bom’ Ayam Juara Bolmut
Beriku profil singkat dan perjalanan karir Sun Go Kong hingga menjadi ayam juara Sulut saat ini :
Lahir di Gorontalo, Dibesarkan di Kotamobagu
Sun Go Kong merupakan ayam jenis Khoygon BK yang lahir di provinsi Gorontalo, tepatnya di kandang Laskar Lahilote Persigo milik peternak Hi Muh. Rivai Bukusu.
Meski lahir di Gorontalo, akan tetapi asal usul dan silsia Sun Go Kong memang berasal dari peternakan Radox Farm Kotamobagu.
Di mana, ayah dari Sun Go Kong merupakan ayam hasil breeding antara betina pakhoy durian dan jantan Ganoi CP yang lahir di kandang Radox Farm.
Ayah Sun Go Kong itu diberi nama ‘Penjahat’ oleh owner Radox Farm Ronaldo Paparang. Kemudian ‘Penjahat’ dijual oleh Ronaldo Paparang kepada Hi Muh. Rivai Bukusu.
Selanjutnya, Penjahat dijadikan pejantan di kandang Persigo kemudian dikawinkan dengan beberapa ayam betina milik kandang persigo. Salah satu ayam betina milik kandang persigo yang dikawinkan dengan penjahat adalah ayam betina jenis BK. Hasil persilangan antara Penjahat dan betina BK itulah melahirkan Sun Go Kong dan 3 saudaranya.
Sekira usia hampir 3 bulan, sun go kong kecil dan 3 saudaranya kembali dibeli oleh Ronaldo Paparang dan dibesarkan di kandang Radox Farm Kotamobagu. Namun sayangnya 2 saudara sun go kong memiliki usia yang pendek, mereka mati. Tersisa hanya sun go kong dan satu saudaranya.
Keduanya pun tumbuh dewasa di kandang Radox Farm hingga sampai saat ini. Akan tetapi berbeda dengan sun go kong, saudaranya itu tidak memiliki nasib baik seperti sun go kong, padahal dari segi kwalitas, mereka sama sama hebat.
Perjalanan Karir Sun Go Kong Seperti Kutu Loncat
Sebagai ayam yang memiliki kwalitas bagus, karir Sun Go Kong dalam arena tentu juga sangat memuaskan bagi pemiliknya Ronaldo Paparang. Bahkan, menariknya karir sun go kong seperti kutu loncat. Dari informasi yang berhasil dihimpun Tim Redaksi hobbyayam.com, Sun Go Kong hanya 4 kali bertanding dalam arena.
Pada tanding pertama Sun Go Kong menang di laga 6 juta rupiah. Kemudian dipertandingannya yang ke dua menang juga di laga 3 juta rupiah.
Selanjutnya pada laga ke 3, sun go kong langsung meloncat di partai big game di laga 100 juta. Akan tetapi Sun Go Kong hanya puas dengan hasil seri atau draw.
Di pertandingannya ke 4, sun go kong langsung meloncat ke partai Super Big game 500 juta rupiah melawan ayam ‘Bom bom’ ayam juara dari Bolmut. Pertandingan antara Sun Go Kong dan Bom Bom itu, merupakan pertandingan terbesar sepanjang sejarah ayadu di Sulut maupun Gorontalo. Sun Go Kong pun berhasil mempecundangi Bom Bom dan menang dalam laga tersebut.
Akan tetapi di balik dari kehebatan Sun Go Kong, ada sosok yang harus diakui oleh seluruh penghobi, sebagai peternak dan petarung bertangan dingin. Dia adalah owner kandang Radox Farm, Ronaldo Paparang.
Kemenangan Sun Go Kong di laga super big game (setengah miliar) itu adalah bukti keberanian seorang Ronaldo Paparang dalam dunia ayadu.
Selain keberanian, sosok pria berdarah Tiong Hoa ini jeli dalam memilih lawan untuk ayamnya. “Yang pasti juga keyakinan saya untuk ternak serta perawatan sebelum dan sesudah tanding,” singkat Ronaldo saat ditemui tim Redaksi hobbyayam.com di kediamannya.
Penulis : Konni Balamba
Comment