by

Peternak Ayam Gelar Demo : Biaya Pakan Tinggi, Harga Jual Rendah

HOBBY AYAM – Peternak ayam mandiri kini masih merugi. Hal itu disebabkan karena biaya produksi lebih tinggi daripada harga jual.

“Ya peternak ayam sekarang dalam kondisi merugi yang disebabkan karena biaya produksi tinggi sementara harga jual ayam hidupnya murah. Ini berpotensi peternak bangkrut dan kondisi ini sudah berjalan sejak tiga tahun yang lalu,” kata Ketua

Paguyuban Peternak Rakyat Indonesia (PPRN) Alvino Antonio dalam wawancara, ditulis Selasa (28/9/2021).

Dia mengatakan, kerugian yang dialami peternak mencapai Rp 5,4 triliun secara nasional dengan kerugian rata-rata Rp 2.000 per kilogram (kg). Di sisi lain mereka harus bertahan menghadapi ‘pemain besar’ yang sudah menguasai lebih dari 80% pangsa pasar tradisional.

“Akibat rugi ini kita protes, teriak segala macam. Jadi nggak ada sejarah untung, peternak itu akhirnya sekarang harus menanggung rugi. Jadi nggak ada bicara untung di sini,” ujarnya.

Dia mengatakan, ayam peternak masih terserap di pasar tradisional namun sulit jika harus berhadapan dengan perusahaan integrasi yang melakukan budi daya ayam dengan HPP (harga pokok penjualan) rendah.

“Tapi karena integrator itu menjual murah, patokannya HPP mereka sudah pasti kami kan rugi. Kesulitan kedua, peternak nggak bisa berjualan langsung ke pasar tradisional harus melalui pihak ketiga tadi (bakul/broker) dan itu mata rantainya bisa 2 sampai 5,” katanya.

Pihaknya pun tidak tinggal diam. Dia pernah mencoba menjual langsung ke pasar tanpa melalui bakul atau broker. Alhasil, dia harus melewati masa-masa yang tidak mengenakkan karena menghadapi sekelompok orang tanpa perlindungan.

“Saya dulu pernah mencoba seperti itu, tapi mafianya itu kuat sekali yang akhirnya saya dibikin tidak betah tapi saya lawan terus, akhirnya mereka kompak tidak ada yang bayar satu pedagang di pasar. Saya mau nggak mau berhenti supply ke sana,” tuturnya.

“Di sinilah harusnya peran pemerintah melalui Satgas Pangan dan Kementerian Perdagangan bekerja sama dengan PD Pasar Jaya untuk memutus mata rantai tadi. Supaya peternak itu biar bisa punya akses langsung ke pasar,” sambungnya.

Saat ditanya perihal bantuan pemerintah kepada peternak ayam, Alvino berujar tak pernah ada bantuan ataupun subsidi bagi peternak selama merugi. Bahkan, BUMN yang dinilainya dapat menyerap ayam pun tidak melakukan hal itu.

“Tidak ada (bantuan) tidak ada, ya itu tadi saya bilang bantuan dari pemerintah itu kan seharusnya di Permendag Nomor 7 Tahun 2020 di pasal 3 itu kan ada tapi ya nggak jalan. Jadi salah satunya itu kalau harga terlalu tinggi Satgas Pangan operasi pasar. Kan begitu,” imbuhnya.

Saat harga di kandang murah, kata dia, pemerintah dapat menugaskan BUMN untuk menyerap ayam hidup. Namun hasilnya pemerintah saling melempar tanggung jawab dan tidak menghasilkan perubahan apapun bagi peternak ayam.

“Tapi BUMN-nya bilang sampai saat ini itu nggak ada surat tugas untuk menyerap. Kalau ada surat tugasnya tapi nggak ada duitnya mau bayar pakai apa? Kan seperti itu, jadi saling lempar. Kondisi peternak nggak berubah. Jangankan bantuan, subsidi pun nggak ada mulai dari pakan kan kita nggak ada subsidi,” pungkasnya.

 

Sumber : Detik.com

Comment